TAGOLO Dalam perspektif TODAKKA

Sebuah perlengkapan adat yang dipakai untuk menyelenggarakan kegiatan pangadorong,masyarakat Todakka menyebutnya TAGOLO, wadah ini digunakan sebagai tempat simbol ragam makanan tradisional yang di khususkan buat leluhur, yang menggambarkan bahwa makanan orang terdahulu seperti itu misalanya balo salo(ikan gabus) urong (udang) kinanre patanrupa (nasi 4 warna) dll. Biasanya Tagolo ini di buat 2 sampai 3 buah dimana tagolo pertama untuk simbol yang disimpan dikepala dan satu lagi untuk di bagian kaki, dan satunya lagi untuk di hanyutkan di air yang mengalir sebagai simbol makanan bagi makhluk yang ada di perairan.

Ayaman tagolo ini dibuat dari bambu jenis bulo yang di arut berjumlah 5 X 5 menandakan simbol waktu yang selalu di ingat oleh masyarakat Todakka. Dan sebagai hiasan di samping tagolo dari pucuk daun enru (pucuk areng) dimana pemilihan jenis ini salah satu ussulnya yaitu pucuk ini merupakan raja pucuk daun dari tumbuhan sejenis seperti kelapa dll dan jenis pucuk daun ini hanya digunakan untuk acara adat di kalangan masyarakat todakka. Tagolo ini juga diyakini sebagai wadah tempat pemberian makanan bagi sosok bidadari atau mahkluk hidup penghuni khayangan yang merupakan salah satu leluhur yang diyakini oleh sebahagian masyarakat Todakka.

Tagolo
Dipublikasi di Tak Berkategori | Meninggalkan komentar

PEPOSONG 171

EE ONO’KU..

IYATU TAU TONGENG,

UDDA MAJJANCI DUA PASSOLONG SIPPADA POLE MESA SODONNA..

ARTINYA :

WAHAI ANAKKU..

KETAHUILAH SEBENARNYA MANUSIA,

TIDAK BERJANJI DUA HAL DALAM WAKTU BERSAMAAN YANG BERASAL DARI SATU MULUTNYA..

I.A ABDUL HASYAR HAMMA
Dipublikasi di Tak Berkategori | Meninggalkan komentar

PEPOSONG 170

EE ONO’KU..

MELE DUAMPONGI KE MELOKI MASSAPO DA’A MASSAPO DIO MATTUKA COPPO’NA BUTTU, SABA IYA TUDIO SUNGEONG TANGNGALOLONNA TO TANDIKITA.

ARTINYA :

WAHAI ANAKKU..

BESOK ATAU LUSA JIKA INGIN MEMBUAT RUMAH / TEMPAT TINGGAL, JANGAN DI TENGAH PUNCAK GUNUNG, KARNA ITU MERUPAKAN TEMPAT JALAN MAHKLUK TAK KASAT MATA..

I.A ABDUL HASYAR HAMMA
Dipublikasi di Tak Berkategori | Meninggalkan komentar

PEPOSONG 169

EE ONO’KU..

MELE DUAMPONGI KE MAKKALIKI KALOBBO, NAUDDAPI MUDAPI MUTONONGNGI, TAROI NOUNG CINDI SARRI IYALA PENCAJI PASSULLE…

ARTINYA :

WAHAI ANAKKU..

BESOK ATAU LUSA JIKA MENGGALI, DAN BELUM SEMPAT DITANAMI, TARUHLAH SEDIKIT RUMPUT SEBAGAI PENGGANTI..

Dipublikasi di Tak Berkategori | Meninggalkan komentar

DOUNG KATTA – KATTA

Salah satu obat herbal yang di gunakan pada jaman dahulu sebelum mengenal obat kimia pada sakit susah buang air besar yaitu orang Todakka menyebutnya doung katta-katta.

Doung katta – katta ini banyak di jumpai di pinggiran irigasi / biring ledeng, tanaman ini hidup merambat dan memiliki buah yang gatal jika dikonsumsi langsung. Ini juga merupakan Salah satu bukti kuasa tuhan dalam penciptaan obat yang berpasang pasangan dimana jika sakit perut mencret obatnya daun jambu maka jika susah baung air besar sampai 3 hari lebih obatnya pun dari daun tumbuhan liar seperti doung katta-katta ini.

Cara menjadikan doung katta-katta ini menjadi ramuan obat yaitu dengan mengambil beberapa lembar doung lalu direbus dengan 1 atau lebih gelas air putih dan jika sudah mendidih lalu ditapis dan didinginkan lalu diminum, sambil menunggu 1 jam atau lebih untuk menunggu reaksi obat di perut hingga membuat kotoran dalam usus keluar semua, biasanya proses pembuangan memakan waktu lebih dari 3 kali pembuangan tergantung banyaknya kotoran di usus.

Selain itu pula doung katta-katta ini biasa juga dijadikan sebagai obat kapialowong atau rasa pahit berlebih dilidah akibat panas tubuh yang berlebih, yaitu dengan cara mengoleskan getah buah di kepala dan dibelakang jika tidak gatal maka orang tersebut mengalami sakit kapialowong, untuk menjadikan obat yaitu dengan mengambil beberapa lembar daun dan di rommo/diremas hingga mengeluatkan air dan disapu di passoppongong/ubun-ubun penderita sampai sakit tersebut hilang dengan ditandai mulainya gatal di bagian tubuh yang terkena rommokan obat katta-katta tersebut.

Doung Katta’ – Katta’
Dipublikasi di Tak Berkategori | Meninggalkan komentar

NARASI TAK LENGKAP PARA PAGGOLUNG / PETANI

Belum berlalu pandemik yang melanda membuat derita bagi masyarakat petani, kini mereka disibukkan lagi dengan mereja lelanya hama tikus yang menyerang dengan sangat ganas, yang sebelumnya ada hama yang membuat sebagian petani harus menanam ulang karna padi yang ditanam tdk ada harapan lagi, belum sampai di situ derita yang dialami kini padi yang sudah ada mengeluarkan buah, diserang lagi dengan burung pemakan padi.

Apakah penyebab dari semua itu,??? menjadi tanda tanya besar bagi sebagian petani.

Dari beberapa pendapat yang beredar ada ragam yang muncul diantaranya :

1. Waktu bercocok tanam yang terlalu cepat.

2. Waktu tanam sudah tidak mengikuti siklus alam.

3. Ada juga yang berpendapat tikus (balabo) dari tomakaka benato lagi lepas.

4. Ada juga mengaitkan dengan pemerintahan adat yang lagi tidak stabil.

5. ada juga yang berpendapat kampung lagi tabollo’.

6.Kurangnya petani dalam mengeluarkan zakat hartanya yg didalamnya sdh diatur klu tadah hujan 10 persen irigasi 5 persen. ( Basmiati Yakub Basmiyakub )

Dari sekian ragam pendapat yang muncul belum ada jawaban pasti mengapa sampai itu semua terjadi terjadi dalam kurung waktu yang hampir bersamaan..

* Kutipan pembicaraan bersama pemerhati budaya Dakka di sela kesibukan masing-masing

Topik tentang serangan hama Balabo /tikus.

Salah satu tokoh todakka I.A alawi berkata dengan mengisahkan sebuah kisah tentang cerita jaman dahulu untuk diambil pembelajaran.

Kisah pertama.

* dikisahkan di jaman dulu terjadi sebuah kemakmuran yang luar biasa dimana hasil panen padi sudah tidak dapat lagi tempat di penampungan padi (talukung) dikarenakan sesudah panen padi, tunas padi (arri pare) terus berbuah seperti induk padi sebelumnya sehingga hasil panen tiada henti sampai penampungan penuh semuanya, maka masyarakat berkata kepada aruwong apa lagi yang harus dilakukan karna hasil panen sudah sangat banyak, maka aruwong memanggil semua masyarakat dan perangkat adat untuk melakukan pertemuan di sapo soba dan membahas hasil panen yang sangat melimpah, maka di tentukanlah hari pertemuannya.

Saat tiba hari pertemuan itu berbondong bondonglah masyarakat untuk menghadiri pertemuan tersebut, pada saat itu pula ada seorang pengembala kerbau (pakkampi arabau) melihat dan kemudian bertanya pada orang yang lewat ada hal apa gerangan sehingga berbondong2 ke sana, maka dijawablah bahwa diadakan pertemuan karna hasil panen yang sangat melimpah, sang pengembala pun tersenyum dan berkata untuk apa hal begitu di buatkan pertemuan sedangan hal tersebut sangat mudah untuk di selesaikan, maka berpesanlah pengembala kepada masyrakat tadi kepada aruwong bahwa satu kalimat untuk merubah keadaan tersebut, bunyi pesanya ” PASALAI ANU TONGENG, PATUJUI ANU SALAH” ( salahkan yang benar, dan benarkan yang salah). Sesampai di tempat pertemuan masyarakat tersebut menyampaikan hal yang dipesangkan oleh pengembala kepada arowung, dan beliau pun terkejut dan memanggil pengembala tersebut dan menanyai hal tersebut dan memperjelas yang dimaksud dan pengembala pun membenarkan ucapannya.

* Setelah dapat memetik hikmah dari kisah tersebut (part I) bahwa jika ingin membuat sesuatu keadaan menjadi baik jadi pemimpin itu “PATUJUI ANU TONGENG, PASALAI ANU SALA” (Benarkan yang benar, dan salahkan yang sepatutnya salah) begitu pula sebaliknya.

Namun pada bagian ke dua ini sedikit akan membahas cara mengusir balabo/tikus secara kearifan lokal.

Adapun caranya yaitu mengambil beberapa lassuna malea (bawang merah) dan lidi atau sejenisnya, dengan langkah disetiap pematang sawah di beri 5 buah bawang merah yang di tancapkan di lidi secara sejajar dengan cara ujung bawang merah di belah dengan cara diagonal sebanyak 2-3 kemudian ditancapkan ke pematamg sawah di sore hari kemudian di niatkan yang dilafskan kira-kira seperti ini ( nakandrepi lassuna balabo na nakandre toi balabo pareku )..

cara tersebut merupakan sebuah kearifan lokal yang terbukti tidaknya tergantung dari si pemakai cara tersebut.. Wallahua’lam..

Balabo (tikus)

Sepenggal cerita yang beredar tentang hama balabo ini dari segi non ilmiah di tuturkan oleh petani, beliau berkata salah satu penyebabnya yaitu di kerenakan tempat ibadah sekarang sudah tidak dilengkapi dengan gondrong(beduk) sebagai penanda masuknya waktu sholat, menurut beliau gondrong(beduk) bukan semata untuk mengingatkan manusia akan waktu sholat namun itu juga merupakan signal bagi makhluk lain baik hewan maupun tumbuhan dan makhluk tak kasat mata lainnya yang ada di bumi bahwa sudah masuk waktu beribadah. Karna semua mahkluk yang ada di bumi melakukan ibadah dengan caranya sendiri dan melalui bunyi gondrong itulah yang memberikan signal terhadap mereka. Karna pada jaman dahulu belum mengenal suara rekaman yang terputar di tempat ibadah.

Begitu pula dengan hewan balabo/ tikus ini sudah tidak pernah mendengarkan signal yang sejak dahulu didengar oleh leluhur balabonya, jadi mereka makan tanpa mengingat waktu lagi.

Namun tersisa pertanyaan, mengapa tikus memakan padi yang ditengah dan menyisakan pinggir dari padi yang ditanam??

Dipublikasi di Tak Berkategori | Meninggalkan komentar

PEPOSONG 168

EE ONO’KU..

PERANGI I REA’MU, NA IYA MAPPANGISSENGI APA MANI I NA MUKABUA

ARTINYA :

WAHAI ANAKKU

DENGARKAN KETAKUTANMU MAKA DIA AKAN MEMBERI TAHU APA YANG HARUS

DILAKUKAN.

I. A ABDUL HASYAR HAMMA

Dipublikasi di Tak Berkategori | Meninggalkan komentar

PEPOSONG 167

EE ONO’KU..

TATTA PASONNONG KALEMU NAMO UMBE MASIGA-SIGANNA.

ARTINYA :

WAHAI ANAKKU..

TETAPLAH TENANG MESTI TERGESA GESA.

I.A ABDUL HASYAR HAMMA

Dipublikasi di Tak Berkategori | Meninggalkan komentar

PEPOSONG 166

EE ONO’KU..

IYATU TONONG – TONONG UDDA MALA TUO MACOA KE UDDA I DIBBOLLOI ANNA IPOCCINGNGI SARRI’NA.

ARTINYA :

WAHAI ANAKKU..

TANAMAN TIDAK AKAN TUMBUH BAIK JIKA TIDAK DISIRAM DAN DIBERSIHKAN RUMPUTNYA

I.A ABDUL HASYAR HAMMA

Dipublikasi di Tak Berkategori | Meninggalkan komentar

PEPOSONG 165

EE ONO’KU

KE UDDA MUKULLE MANGOLAI BUDA KAMASUSSOONG, UDDA I MALA MUPERASAI SONGONNA KAMANYOMONGONG.

ARTINYA :

WAHAI ANAKKU.

JIKA TIDAK MAMPU MELEWATI BANYAK KESULITAN, MAKA KAMU TIDAK AKAN MERASAKAN NAMANYA KESENANGAN.

I.A ABDUL HASYAR HAMMA

Dipublikasi di Tak Berkategori | Meninggalkan komentar